Minggu, 07 Oktober 2012

Gambar Keren (Tipuan Mata)

1. Apakah ini adalah gambar kapal laut atau pilar?
 refleksi-mata-1
2. Apakah mereka adalah penonton atau gedung?
 refleksi-mata-2
3. Berapa banyak kuda yang bisa anda temukan? Jika mata anda cukup tajam, anda seharusnya menemukan 7.
 refleksi-mata-3
4. Berapa banyak orang dalam gambar ini?
 refleksi-mata-4
5. Cincin yang mustahil
 refleksi-mata-5
6. Karpet hidup
 refleksi-mata-6
7. Air terjun atau manusia terjun?
 refleksi-mata-7
8. Ada lima ekor rusa yang bersembunyi di hutan… Bisakah anda menemukannya?
 refleksi-mata-8
9. Berapa pilar yang ada, tiga atau dua????????? Perhatikan pilar tengah. Dimanakah ujungnya?
 refleksi-mata-9
10. Bisakah anda menemukan empat orang dalam gambar?
 refleksi-mata-10
11. Siapakah yang tertinggi? Percaya atau tidak, ketiganya sama tinggi!
 refleksi-mata-11
12. Sebuah wajah? … atau sebuah kata ‘liar’?
 refleksi-mata-12
13. Apa yang anda lihat? Bisakah anda melihat kata “LIFT”? Atau hanya sebuah gambar kotak-kotak hitam tanpa makna?
 refleksi-mata-13
14. Temukanlah wajah-wajah dalam gambar ini:
Ada sebelas wajah dalam gambar. Bisakah anda menemukan semuanya?
Orang normal akan menemukan empat atau lima.
Jika anda menemukan 8, anda memiliki tingkat ketelitian lebih dari orang normal.
Jika anda menemukan 9, anda memiliki tingkat ketelitian diatas rata-rata.
Jika anda menemukan 10, anda sangat teliti.
Jika anda menemukan 11, anda luar biasa teliti!
refleksi-mata-14
 15. Fokuskan pandangan mata anda pada titik di tengah lingkaran, lalu gerakkan kepala anda maju mundur. Aneh, bukan?
refleksi-mata-15
16. Coba perhatikan gambar di bawah ini. Apakah panjang ketiga garis itu berbeda? Semua itu ternyata hanya ilusi mata.
ilusi-garis
17. Coba lihat dari dekat gambar ini, dan ingat gambar tersebut, lalu coba berdiri dari komputer dan mundur 3-4 langkah, lihat kembali gambar tersebut..  aneh ya?!
tipuan-mata-23
tipuan-mata-24
18. Gambarnya berdenyut-denyut.
tipuan-mata-14
19. Berapa titik hitamnya?
tipuan-mata-15
20. Ada tangga melayang?
 tipuan-mata-16
21. Spiral? Anda pasti mengira gambar ini adalah gambar spiral, ups.. tunggu dulu coba jari anda menelusuri salah satu garis melingkar, nah apakah anda masih bersikeras mengatakan gambar ini adalah gambar spiral?
tipuan-mata-17
22. Apa yang anda lihat ? Apakah gambar kelihatan berputar?? Mata anda benar-benar tidak jujur, karena gambar ini sebenarnya diam. Kalau tidak percaya perhatikan dengan fokus salah satu lingkaran saja, apakah berputar?
tipuan-mata-19
23. Garis-garis horizontalnya mencong-mencong……………. Coba teliti lagi..!
tipuan-mata-20
24. Bergerakkah gambar ini?
tipuan-mata-22
tipuan-mata-21

Jawaban sang pendeta


Ada seorang pemuda Muslim yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika.
Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam.
Ketika berada di Amerika , ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani.
Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam. Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut.
Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja.Semula ia berkeberatan. Namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka.
Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghor-matan lantas kembali duduk.Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika meli-hat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini." Pemuda Muslim itu tidak bergeming dari tempatnya.
Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, "Akuminta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya." Barulah pemuda ini beranjak keluar.Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pendeta, "Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim." Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu." Kemudian ia beranjak hendak keluar.
Namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut.
 
Sang pendeta berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat." Si pemuda tersenyum dan berkata,"Silahkan!"Sang pendeta pun mulai bertanya:
1. Sebutkan satu yang tiada duanya,
2. dua yang tiada tiganya,
3. tiga yang tiada empatnya,
4. empat yang tiada limanya,
5. lima yang tiada enamnya,
6. enam yang tiada tujuhnya,
7. tujuh yang tiada delapannya,
8. delapan yang tiada sembilannya,
9. sembilan yang tiada sepuluhnya,
10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
11. sebelas yang tiada dua belasnya,
12. dua belas yang tiada tiga belasnya,
13. tiga belas yang tiada empat belasnya.
14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara
dari api?
20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara
dari batu?
21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
22. Pohon apakah yang mempu-nyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun,setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari? 

Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah, setelah itu membaca basmalah,Pemuda Muslim itu menjawab pertanyaan sang pendeta:

1. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.

2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang.Allah SWT berfirman,"Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)."(Al-Isra': 12).

3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan,membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.

4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an.

5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.

6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ke-tika Allah SWT menciptakan makhluk.

7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis.Allah SWT berfirman,"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis Allah SWT berfirman:"Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang".(Al-Mulk: 3).

8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman.Allah SWT berfirman,"Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit.Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Rabbmu di atas(kepala) mereka."(Al-Haqah: 17).

9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan,musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan *

10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan.Allah SWT berfirman,"Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat."(Al-An'am: 160).

11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf .

12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah,"Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman,'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).

13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.

14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh.Allah SWT ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing." (At-Takwir: 18).

15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.

16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf ,yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya,"Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka,"tak ada cercaaan ter-hadap kalian." Dan ayah mereka Ya'qub berkata,"Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai.Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai." (Luqman: 19).

18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.

19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim.Allah SWT berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (Al-Anbiya': 69).

20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).

21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita,sebagaimana firman Allah SWT,"Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar."(Yusuf: 28).

22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun,setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.

Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban pemuda muslim tersebut.
Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja.
Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.Pemuda ini berkata:"Apakah kunci surga itu?"Mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah.Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil.
Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.
Jama'ah Gereja berkata:"Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab,sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!
"Lalu Pendeta tersebut berkata:"Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah"."
Mereka menjawab, Kami akan jamin keselamatan anda."Sang pendeta pun berkata:"Jawabannya ialah: Asyhadu an Laa Ilaaha Illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah."Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam.
Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.

Surat Untuk ALLAH

Aku bangun pagi seperti kebiasaanku, meski hari ini adalah hari liburku. Putri kecilku, Rima pun demikian. la juga terbiasa bangun lebih cepat.
Aku saat itu sedang duduk di depan mejaku sibuk dengan buku-buku dan lembar-lembar kertasku.
“Mama, apa yang engkau tulis?” tanya Rima.
“Aku menuliskan sepucuk Surat kepada Allah,” jawabku.
“Apakah Mama mengizinkan aku untuk membacanya??” tanya Rima lagi.
“Tidak, Sayangku. Surat-suratku ini sangat khusus dan aku tidak mau seorang pun membacanya,”jawabku.
Rima pun keluar dari ruang kerjaku dengan hati yang sedih. Namun ia telah terbiasa dengan itu semua. Aku memang selalu menolaknya.
Kejadian itu telah berlalu selama beberapa minggu. Untuk pertama kalinya, aku pergi ke kamar Rima. Rima gugup saat melihatku masuk. Duhai, mengapa ia tiba-tiba menjadi gugup??
“Rima, apa yang engkau tulis?” tanyaku.
la semakin gugup. Namun ia menjawab: “Tidak Mama, ini adalah kertas-kertas rahasiaku.”
Menurut Anda, apakah yang ditulis oleh seorang anak perempuan berusia 9 tahun dan ia takut jika ada yang melihatnya?!
“Aku menulis Surat kepada Allah seperti yang Mama lakukan,” ujarnya lagi.
Tapi tiba-tiba ia memotong sendiri ucapannya dengan mengatakan: “Tapi apakah semua yang kita tuliskan akan terwujud, wahai Mama??”
“Tentu saja, putriku. Karena Allah Maha mengetahui segala sesuatu.,” jawabku.
Ia tidak mengizinkanku untuk membaca apa yang ia tulis. Aku pun keluar meninggalkan kamarnya. Aku mendatangi Rasyid, suamiku, untuk membaca koran seperti biasa. Aku membaca koran itu, tapi pikiranku melayang memikirkan putri kecilku.
Rasyid rupanya memperhatikan kegelisahanku. la mengira bahwa dirinyalah yang menjadi penyebab kesedihanku. Ia berusaha menenangkanku bahwa ia akan mendatangkan seorang pembantu atau perawat untuk meringankan bebanku.
Duhai Tuhanku, aku tidak pernah berpikir seperti ini. Aku pun memeluk kepalanya dan mencium keningnya yang selama ini begitu lelah dan berpeluh keringat demi aku dan putriku, Rima.
Dan hari ini, ia mengira aku sedih karena itu semua. Aku menjelaskan padanya apa yang menyebabkan kesedihan dan kegelisahanku.
Hari itu, Rima pergi ke sekolah. Dan ketika ia pulang, ia menemukan seorang dokter ada di rumahnya. la segera berlari untuk melihat ayahnya yang sedang didudukkan di sebuah kursi. Rima duduk di sampingnya dan menghiburnya dengan canda dan bisikan cintanya.
Sang dokter menjelaskan kepadaku bagaimana kondisi Rasyid yang memburuk, lalu ia pergi. Aku pura-pura lupa bahwa Rima masih anak-anak. Tanpa ampun, aku berterus terang kepadanya apa yang dikatakan dokter kepadaku, bahwa jantung ayahnya yang menyimpan begitu banyak cinta untuknya semakin melemah. Ia tidak akan hidup lebih dari tiga minggu. Segera saja tangisan Rima pecah. Dan ia terus menangis sambil mengulangi ucapannya: “Mengapa semua ini terjadi pada Papa? Mengapa?”
“Doakanlah kesembuhan untuknya, wahai Rima. Engkau harus menjadi anak yang pemberani dan jangan pernah lupa akan rahmat Allah, karena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Karena engkau adalah putri Papa satu-satunya,” ujar Sang ibu.
Rima terdiam mendengarkan ibunya. la melupakan kesedihannya dan menelan semua rasa sakitnya. Keberaniannya tiba-tiba muncul dan ia berkata: “Ayahku tidak akan matil”
Di setiap pagi, Rima mencium pipi ayahnya yang hangat. Namun hari itu, ketika ia mencium ayahnya, ia memandangi sang ayah dengan pandangan lembut, lalu berkata: “Ayah, andai saja engkau bisa mengantarku satu hari saja seperti teman-temanku yang lain.”
Sebuah kesedihan langsung membuatnya larut, namun ia berusaha menyembunyikannya. la mengatakan; “Insya Allah, hari itu akan datang. Ayah akan mengantarmu ke sekolah, Rima.”
Ia mengucapkan itu meski ia yakin bahwa sakitnya itu tidak akan mampu menyempurnakan kegembiraan putri kecilnya.
Aku mengantarkan Rima ke sekolah. Dan ketika aku tiba di rumah, entah mengapa sebuah keisengan menggodaku untuk melihat surat-surat yang pernah dituliskan Rima kepada Allah. Aku mencarinya di meja belajarnya, namun tak menemukan apapun. Dan setelah begitu lama mencari, tidak juga ada hasil.
Aduh, di mana gerangan surat-surat itu?! Apakah ia merobek-robeknya setelah ia menulisnya?!
Mungkin ada di sini. Selama ini Rima begitu menyayangi kotak ini. Berkali-kali ia memintanya dariku, maka aku pun mengosongkan isinya dan memberikan kotak itu kepadanya.
Tuhanku, kotak ini berisi begitu banyak surat dan semuanya untuk Allah!
“Ya Tuhan … ya Tuhan .. semoga anjing tetangga kami akhirnya mati, karena ia selalu menakutiku!!”
“Ya Tuhan, semoga kucing kami melahirkan begitu banyak anak kucing. Itu untuk mengganti anak-anaknya yang mati!!”
“Ya Tuhan,  semoga sepupuku akhirnya lulus, karena aku mencintainya!!”
“Ya Tuhan, semoga bunga-bunga di taman rumah kami begitu cepat menjadi besar, agar setiap hari aku dapat memetik setangkai bunga dan memberikannya kepada ibu guruku.”
Dan banyak lagi surat-surat lain yang semuanya begitu polos. Dan di antara surat paling lucu yang aku baca adalah ketika ia menuliskan:
“Ya Tuhan..ya Tuhan..jadikanlah akal pembantu kami semakin cerdas, karena ia telah membuat ibuku lelah…”
Ya Allah, semua surat itu isinya benar-benar dikabulkan. Sejak lebih dari seminggu, anjing tetangga kami mati! Kucing kami telah mempunyai anak-anak, Ahmad – sepupunya-  juga lulus dengan cemerlang dan bunga-bunga di taman kami memang menjadi besar sehingga Rima setiap hari memetik sekuntum bunga untuk diberikan kepada ibu gurunya.
Ya Allah, tapi mengapa ia tidak pernah mendoakan kesembuhan untuk ayahnya agar ia tidak terbebani dengan penyakitnya?!!
Aku menjadi begitu bingung, andai saja ia mendoakan ayahnya. Kebingungan itu tidak terputus kecuali oleh deringan telepon yang mengganggu. Pembantu mengangkatnya lalu memanggilku: “Nyonya, ada telpon dari ibu guru.!”
Ibu guru?! Ada apa dengan Rima?! Apakah ia melakukan sesuatu?!
Ibu guru itu kemudian menceritakan kepadaku bahwa Rima jatuh dari lantai 4 ketika ia sedang berjalan menuju rumah ibu gurunya yang tidak hadir. Ia ingin memberinya setangkai bunga dan ketika ia melihat dari balkon, bunga itu jatuh dan Rima pun ikut terjatuh.
Sungguh sebuah dentuman yang sangat keras yang tak mampu aku pikul, begitu pula Rasyid. Akibat keterkejutannya Yang begitu dahsyat, ia mengalami stroke di mulutnya. Dan sejak hari itu, ia tidak lagi mampu berbicara.
“Mengapa Rima bisa tewas seperti itu?”
Aku sungguh-sungguh tidak bisa memahami berita bahwa putri tercintaku telah tiada..
Setiap hari aku menipu diriku sendiri dengan pergi ke sekolahnya seakan-akan aku masih mengantarnya pergi ke sana.
Aku melakukan segala sesuatu yang dahulu senang dilakukan putri kecilku. Setiap sudut rumah selalu mengingatkanku tentangnya. Aku terkenang pada suara tawanya yang selalu memenuhi rumah kami dengan kehidupan.
Bertahun-tahun telah berlalu sejak kematiannya dan seakan-akan itu terjadi hari ini.
Suatu hari, pada pagi hari Jum’at, tiba-tiba pembantu kami datang tergopoh-gopoh dan mengatakan bahwa ia mendengarkan ada suara yang berasal dari kamar Rima.
Ya Tuhanku, apakah masuk akal jika Rima kembali lagi?? Ini sungguh sebuah kegilaan dan mustahil.
“Engkau mungkin hanya mengkhayal,” ujarku kepada pembantu kami.
Aku sendiri belum pernah menginjakkan kakiku ke kamar itu sejak kematian Rima. Rasyid bersikeras agar aku pergi ke sana dan melihat apa yang terjadi.
Aku memasukkan kunci ke pintu dengan hati yang penuh debar. Kubuka pintu dan aku tidak bisa menguasai diriku.
Aku duduk menangis dan menangis. Aku melemparkan tubuhku ke atas tempat tidurnya. Ranjang itu berderik. Oh, aku ingat.
Sudah berulang kali Rima mengatakan padaku kalau tempat tidurnya selalu berderik dan mengeluarkan suara jika ia bergerak. Dan aku selalu lupa memanggil tukang kayu untuk memperbaikinya. Ah, tapi sekarang tidak ada gunanya lagi.
Tapi apa yang telah menimbulkan suara keras yang dikatakan pembantu kami?
Oh, rupanya itu adalah suara papan hiasan dinding bertuliskan ayat kursi yang jatuh. Dulu, Rima selalu berusaha membaca ayat itu setiap hari hingga ia menghafalnya. Dan ketika aku mengangkat papan itu untuk menggantungkannya kembali, aku menemukan selembar kertas yang diletakkan di belakangnya.
Ya Tuhan, ini adalah salah satu dari sekian banyak surat-suratnya. Menurut ANda, apakah gerangan yang tertulis dalam surat itu? Dan mengapa ia meletakkannya di balik tulisan ayat yang mulia itu?
Ini benar-benar salah satu surat yang dituliskan Rima kepada Allah. Di dalamnya tertulis:
“Ya Tuhanku..ya Tuhanku…biarlah aku mati dan Papa-ku tetap hidup.”

Kisah Seseorang Yang Mengolok-olok Malaikat Maut

Kisah ini diceritakan oleh seorang ustadzah
Hari itu aku pergi ke sebuah klinik. Setelah mengambil nomor antrian, aku pun duduk menunggu giliranku. Sekonyong-konyong masuklah seorang gadis cantik. Sayang sekali, dia tidak mengenakan jilbab. Sebaliknya, berdandan menor. Gadis itu pun mengambil nomor, lalu duduk tidak jauh dariku.
Entah mengapa, ada sebuah dorongan dalam diriku untuk menyampaikan sekedar sebuah nasehat kepadanya. Akhirnya setelah cukup lama diliputi kebimbangan, aku pun menasehatinya dengan selembut mungkin. Aku jelaskan kepadanya perintah Allah yang telah dilanggarnya. Namun reaksinya benar-benar tak kuduga. la membentakku dengan suara keras.
Ia marah karena -menurutnya- aku terlalu ikut campur dengan apa yang ia kenakan.
“Aku bebas melakukan dan mengenakan apa yang aku mau!!” ujarnya.
Akhirnya, aku pun kembali ke tempat dudukku. Namun dorongan dan bisikan itu kembali mengusik hatiku: “Mengapa aku tidak menyampaikan soal kematian -sang penghancur segala kenikmatan- kepadanya?”
Aku pun memberanikan diri kembali mendekatinya. Dengan sesungging senyum aku memintanya untuk menjawab satu pertanyaan saja dariku.
“Silahkan,” ujarnya.
“Jika saja saat ini Sang Malaikat pencabut nyawa mendatangimu, apa yang akan engkau katakan padanya?” tanyaku.
Ia pun menjawab -duhai, andai saja ia tidak menjawabnya- dengan penuh cemooh: “Aku akan mengatakan kepadanya: ‘Hush..hush!”
Jawaban itu seperti petir menyambarku. Namun beruntunglah nomor antrianku muncul di layar. Dan aku pun masuk menemui sang dokter dengan hati yang dipenuhi keterkejutan. Bagaimana mungkin seorang manusia bisa sedemikian sombong dengan mengucapkan kata-kata seperti itu?
Setelah menjalani semua pemeriksaan, aku pun keluar dari ruang dokter. Di luar sang, aku dikejutkan dengan kerumunan pasien dan perawat yang silih berganti mengucapkan: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un‘. Saat aku mendekat, betapa terkejutnya aku. Apa yang kulihat? Yang kulihat adalah gadis itu. Ia terkulai dan tergeletak di situ dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Rupanya hari itu adalah hari terakhirnya. Dan semua bisikan-bisikan yang memenuhi hatiku tadi tidak lain adalah untuk memberinya kesempatan. Yah, Allah masih memberinya kesempatan untuk -setidaknya- meniatkan taubatnya. Tapi sayang sekali, ia tidak menggunakan kesempatan terakhir itu. Malaikat maut datang, dan ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun padanya.
Kisah ini adalah hadiah untuk mereka yang tertipu dengan angan-angan dan obsesi hidup lebih lama di dunia!!

Kupu-kupu yang Hinggap di Nisan Tanpa Nama

Kupu-kupu itu selalu menghinggap di atas nisan tanpa nama itu. Nisan dari kayu lapuk yang tepat di bagian timur makam Bapak. Kupu-kupu yang pernah aku lihat dulu. Agaknya memang tiap aku ziarah ke makam Bapak ia sengaja muncul menemuiku. Mengisyaratkan agar aku mengingat masa lalu.
Raut muka yang berseliweran di depan rumahku bukan tampak biasa. Tak wajar. Tegang. Sekitar delapan sampai lima belasan orang berjaga di jalan. Masing-masing memegang gagang kayu sebesar lengan orang dewasa. Mereka bersiap jika ada serangan tak terduga. Bapak ada disitu. Beberapa jam yang lalu, tetanggaku dilempar batu sebesar batok kelapa tepat di dadanya. Akibatnya ia dilarikan ke rumah sakit, entah bagaimana keadaannya. Waktu itu usiaku amat belia. Aku ingat betul aku masih duduk di tahun terakhir Madrasah Ibtidaiyah, atau kalau kamu tak paham istilah itu kamu bisa menyebutnya Sekolah Dasar.
Begini. Kumulai kisahku dengan sebuah Langgar Atau mungkin orang di tempatmu menyebutnya mushola, surau, atau pondok. Di seberang jalan. Sekitar lima menit berjalan kaki dari rumahku. Tempat itu yang kini tak kujumpai lagi jika kupulang kampung. Tempatku mengaji dulu. Pula tempat pertama kali Bapak mengantarku pada ustadz Zuhdi. Kuingat, Persis di depan rumah ustadz Zuhdi, guru ngaji pertamaku itu langgar yang paling awal berdiri sebelum bertengger langgar-langgar lainnya. Hanya dipisahkan jalan yang membentang panjang di antara langgar dan rumahnya. Tentu tak sesepi tempat-tempat ngaji yang ada sekarang. Anak-anak kampung sebelah banyak juga yang berduyun ngaji disitu.
Tapi sekarang tak mungkin bisa kau saksikan lagi langgar itu berdiri di kampungku. Berderet-deret bangunan baru begitu membuat pangling. Puing pondasinya pun telah berdiri di atasnya sebuah ruko milik turunan orang Cina. Tiap aku berdiri di depan toko milik orang Cina itu samar-samar ingatanku membayang ustadz Zuhdi. Ada dimana beliau sekarang? Jika masih hidup, mungkin kini ia telah bercucu pinak. Namun bila telah tiada dari dunia, maka dimana pusaranya kini?
Rumahnya telah tak lagi terhuni. Sepi. Genting-gentingnya masih utuh di beberapa bagian. Jendelanya tersisa kaca-kaca tajam terkena lemparan batu. Di bagian yang lain retak membentuk alur yang tak beraturan. Di berbagai sudut hampa kamar rumah itu yang bisa ditemui hanya gelap pengap yang memenuhinya. Di bagian muka, dulu ada taman yang lumayan luas dengan bunga-bunga yang berwarna-warni, milik istri ustadz Zuhdi. Sekarang hanya rerumputan galak yang tampak tak asri. Bangunan itu terlihat menyeramkan.
Di seberang jalan di depan rumah itu dulunya langgar itu berdiri. Jelang maghrib, kami akan sudah disitu. Berlomba meletakkan mushaf Quran di dampar agar mendapat giliran setoran ngaji paling awal. Menunggu maghrib tiba, halaman rumah ustadz Zuhdi akan terdengar reriangan. Kaki-kaki yang berlarian mengepulkan debu. Ada teriakan dan canda. Mengejari kupu-kupu di antara pohon jambu air dan pohon sawo kecik. Kupu-kupu yang cantik warnanya. Putih, bergurat biru, juga sedikit warna kuning. Jarang kumenemukan selain di halaman rumah itu.
Kupu-kupu itu menemani sore kami. Seperti pernik-pernik yang berwarna-warni. Kepakan sayap kecilnya bergerak dalam suara hampa. Sekejap ia akan terbang entah kemana. Kemudian kembali lagi. Membawa kupu-kupu yang lain, mungkin anak-anaknya atau keluarganya. Beberapa ada yang berdiam dalam kepompong, menggantung di dahan bunga kana.
Lalu ada yang berlarian menuju tepi jalan.
Teriakan-teriakan konvoi pemuda itu seperti tak menghiraukan terik yang begitu membuat kulit kering keriput. Ribuan orang tumpah ruah di jalanan. Ada begitu banyak motor yang meraung sehingga suara bisingnya begitu lama singgah di gendang telinga. Juga ibu-ibu dan orang-orang yang telah sepuh memenuhi mobil bak terbuka. Berpuluh ribu peluh tak mengeluh kepanasan. Suara-suara gas knalpot diiiringi bunyi klakson. Nyanyian mereka khas sekali. Konvoi itu gaduh. Seperti suara panggilan yang membius warga berkumpul di sisi-sisi jalan. Membentuk pagar manusia.
Menyaksikan ribuan orang berlalu melewati jalan adalah pemandangan yang menarik buatku dan teman-temanku saat itu. Wajar. Sesusiaku menyukai hingar-bingar yang tak biasa kusaksikan tiap hari. Apalagi pakaian yang mereka kenakan di jalanan. Begitu menarik, ijo royo-royo. Muka-muka pemuda itu coreng-cemoreng hijau juga. Hijaunya hijau muda. Teman-temanku menyebut itu pawai Partai Ijo Muda. Bapak juga ikut partai itu. Kutahu sebab di muka halaman rumahku di sisi jalan tertancap tiang berlambang Partai Ijo Muda.
Itu partai bapakku! tunjuk Sapto bangga.
Bapakku juga! kubilang.
Aku juga! lalu yang lain menyahut.
Sssst..nanti ustadz Zuhdi dengar,” bilang yang lainnya lagi.
Iya, Sssstt… aku melirik Sapto.
Tetanggaku Partai Ijo Muda. Pamanku Partai Ijo Muda. Pak Lik, Bu Lik, Pak dhe Partai Ijo Muda. Hampir seluruh keluargaku pengikut partai ijo muda. Seluruh desa partai ijo muda. Di kampungku cuma Ustadz Zuhdi yang di depan halamannya berkibar bendera partai yang berbeda dari yang dianut orang-orang kampung. Partai Ijo tua, bukan ijo muda. Partai ijo muda bergambar seperti kotak kapur sedangkan partai ijo tua bergambar bulatan bumi.
Tiap saat yang dibicarakan pasti bahasan yang sama. Tidak di pasar, di warung, di emper-emper rumah, bahkan di pengajian rutinan pun. Pasti pembicaraannya tentang pawai, kampanye, konvoi, partai, itu-itu saja. Pedagang berunding dengan pembeli, serius masalah partai. Bapak dan anak musyawarah keluarga, ngurusi partai. Kyai berdalil di depan khalayak juga singgung-menyinggung partai.
Tidak habis pikirnya, partai dipuja bagai juru selamat. Kalau tidak masuk partai itu tidak masuk surga katanya. Entah dalil dari mana itu. Pernah, dulu, kuikut bapak berkonvoi di jalanan. Membawa bendera dan mengenakan kaos hijau muda bergambar lambang seperti kotak kapur.
Bangga rasanya sebab tidak semua anak seusiaku mendapat izin orang tuanya mengikuti pawai sepertiku. Para orang tua mereka itu bukannya tak mau menuruti kehendak anaknya. Bukan pula menolak hingar-bingar dan sorak-sorai keramaian. Tetapi para orang tua khawatir keramaian itu kadang membawa petaka. Maksudku, kerusuhan sering terjadi jika antar partai berpapasan. Mungkin karena adu gengsi. Sok menunjukkan siapa yang terkuat. Sok saling tunjuk calon pemimpinnyalah yang paling kuat. Dan ujung-ujungnya tawuran. Masuk rumah sakit. Masuk penjara. Ironisnya lagi nyawa melayang demi membela seorang pemimpin yang mereka sendiri tak tahu jika terpilih kelak apa masih ingat pengorbanan mereka.
Saat itu aku tak ahu dari mana mulanya, jika Partai Ijo muda bertemu Partai Ijo tua maka dipastikan yang terjadi perseteruan. Aku sendiri tak mengerti, kedua partai itu basisnya islam, sama-sama berasal dari organisasi islam terbesar di Indonesia seperti yang dulu pernah kudengar dari orang-orang-. Tapi mengapa begitu mudahnya mereka saling memusuhi. Saling memaki. Bahkan berusaha saling membunuh. Bukankah sesama muslim itu saudara? Bukankah pula sesama muslim itu mesti saling tolong-menolong?
Agaknya itu tak berlaku di tempatku.
Fanatisme yang berlebihan telah meracuni pemikiran masyarakatku. Otak mereka telah dicuci. Jika tidak memilih yang mereka pilih maka jangan harap dianggap manusia di masyarakatku. Mereka saling cegat-mencegat. Jegal-menjegal adalah hal yang wajar. Kata-kata makian jadi umbaran yang halal bagi juru kampanye yang mengaku ulama itu. Waktu itu pernah kudengar dari kampanye -yang mereka sebut itu pengajian sebab yang berkampanye itu para kyai- , ulama-ulama juru kampanye itu memaki ulama lain yang tak sealiran dengannya, yang lebih ironis lagi yang diumpatnya waktu kampanye itu malah kelak jadi kepala Negara mereka.
Suatu pagi, seperti hari sebelumnya. Bola raksasa yang mengawang di angkasa mengawali putarannya. Tak pernah terpikirkan akan berapa lama lagi bola raksasa itu akan kehabisan energinya. Bahkan belum terpikirkan jika suatu pagi matahari akan lenyap dan berhenti bersinar sedangkan akal manusia belum mampu menjangkau untuk mencari energi yang bisa menggantikan matahari. Matahari yang sinarnya memancar ke banyak bagian yang berbeda. Matahari yang digunakan untuk patokan waktu di seluruh dunia. Mereka gunakan pula untuk menamai musim yang terjadi. Matahari yang dibutuhkan ibu jika akan menjemur pakaianku dan pakaian bapak. Matahari yang dicari para petani untuk mengeringkan gabah-gabahnya. Dan pula matahari yang digunakan nelayan untuk mengeringkan ikan asinnya.
Jalanan di hari itu tak semeriah hari lalu. Kabarnya hari itu akan ada kampanye Partai Ijo Tua. Tratak telah berdiri. Kursi-kursi plastik di tata berjajar rapi. Podium telah berdiri gagah. Banser dan pasukan yang terdiri dari orang-orang tegap berjaga di situ. Suasana tampak akan ada yang hajatan di tempat itu.
Hancurkan kemusyrikan….Hancurkan syaiton..! Teriakan itu memecah lengang. Disusul konvoi lelaki bercadar putih. Hanya mata yang saling memandang. Mata tanpa nama itu berkerumun membawa senjata yang siap untuk menyabet siapa saja yang akan menghalangi niatnya.
Kalian terkutuk! Kalian bukan islam! di bagian lain dari konvoi itu meneriaki orang-orang yang berada di pengajian itu.
Kalian lebih terkutuk lagi! jawab seorang dari pengajian itu.
Seorang dari kelompok pengajian itu menunjukkan nyalinya. Sendirian ia melangkah maju. Setelah menengadahkan tangan, ia membuat pagar ghaib. Kekuatan yang tak terlihat itu mampu mementalkan tiap barisan konvoi yang mencoba mendekati laki-laki tersebut. Salah satu pemimpin konvoi bercadar itu pun seperti tersulut amarahnya. Ia turun, entah melakukan ritual seolah keduanya saling berperang ghaib. Sesekali salah satu dari keduanya ada yang terpental. Tak beberapa lama ia mengomandoi naka buahnya.
Maju! Jangan takut, kita di jalan yang benar!
Allahu Akbar!
Dari belakang kerumunan terlempar bom molotof yang menjatuhi sebuah motor. Api pun langsung menyala-nyala memakan motor itu. Melahap bagian demi bagian yang terlapisi minyak tanah. Ratusan orang bergerak merangsek menenteng apa saja yang bisa digunakan untuk melukai. Bahkan bila perlu untuk membunuh.
Bagai drama perang kolosal masa lalu, tak ada mulut yang berbicara. Sabetan pedang dan celuritlah yang mewakili cakap mereka. Sahut-sahutan asma Allah seakan tak ada maknanya. Tak ada yang mampu berpikir jernih di situasi itu. Satu sama lain saling mengklaim yang benar. Saling mengaku merekalah sebenar-benarnya muslim. Partai telah membutakan mata mereka. Mereka pun tak peduli lagi jika yang mereka hadapi adalah saudara kandungnya. Mereka putus begitu saja ukhuwah yang terjalin ribuan tahun lalu.
Asap pekat membumbung ke angkasa. Belasan kendaraan menjadi korban keberingasan. Dibakar dan dimasukkan ke dalam sumur. Puluhan orang terluka. Langgar dan rumah pun tak luput dari amarah. Mereka lempari dengan batu. Mereka robohkan atap-atapnya. Mereka jarahi apa yang bisa mereka anggap sebagai barang berharga.
Malamnya, aku tak bisa lagi mengaji lagi ke Langgar. Langgar kami telah rata. Bapak melarangku pergi kemana- mana. Ibu-ibu dan anak-anak tak diperkenankan di luar rumah. Para pemuda dan orang tualah yang berjaga. Sayup-sayup dari dalam rumah kudengar mereka bercengkerama. Kudengar dengan jelas mereka menyebut nama Ustad Zuhdi. Guru ngajiku itu menghilang sejak peristiwa yang menghanguskan langgarnya. Sebagian yakin jika Ustad Zuhdi telah tewas terbantai. Lainnya berargumen, ustad Zuhdi menghilang bersama istrinya. Satu sama lain saling ngotot.
Setelah kejadian itu memang tak lagi ada yang tahu dimana Ustad Zuhdi. Banyak korban berjatuhan dari peristiwa itu. Dari yang terluka hingga hilang nyawanya. Kampung kami sedang berkabung. Berkabung karena matinya akal sehat, juga karena matinya ajaran ukhuwah yang selalu diajarkan Rasulullah. Kami menyesal pikiran-pikiran jahiliyyah kembali hadir di zaman se modern ini.
Sekitar lima jenazah menjadi korban peristiwa itu. Satu dari partai Ijo Muda, tiga dari partai Ijo Tua. Satu lagi korban tak dikenal identitasnya. Jenazah itu telah tak berupa manusia lagi. Sekujur tubuhnya hangus terbakar hingga tak terkenali. Jenazah itu lah yang mereka yakini jenazah Ustad Zuhdi. Guru ngajiku. Mayat-mayat itu dimakamkan dengan nisan tanpa nama. Tak ada yang tahu benar apakah itu Ustad Zuhdi. Sampai saat ini pun.
Tiap aku pulang kampung dan ziarah ke makam Bapak, kupu-kupu itu selalu hadir di penglihatanku. Ada ikatan batin yang sulit diungkap antara aku dan kupu-kupu itu. Kupu-kupu itu seperti merekam sebuah ingatan. Dalam senja yang ramah angin terkadang luruh seakan meniupkan kenangan. Sebuah andai yang ingin kembali terjadi. Tak ada hal lain yang kukenang jika tengah berdiri menatap kepakan lentik dari warna yang begitu membuat bayangan masa lalu muncul kembali. Tak tahu dari mana munculnya. Pernah kucoba menelusuri asalnya. Tapi niatanku begitu saja pupus saat bertemu kenyataan kesehariaanku.

Bahaya Meninggalkan Shalat

1. Meninggalkan Shalat Merupakan Kekufuran
Allah subhanahu wata’ala berfirman mengenai orang-orang Musyrikin, artinya, “Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (at-Taubah:11)
Yakni, jika mereka bertaubat dari kesyirikan dan kekufuran mereka, mendirikan shalat dengan meyakini kewajibannya, melaksanakan rukun-rukunnya dan membayar zakat yang diwajibkan, maka mereka adalah saudara di dalam agama Islam. Jadi, yang dapat difahami dari ayat ini, bahwa siapa saja yang ngotot melakukan kesyirikan, meninggalkan shalat atau menolak membayar zakat  maka ia bukan saudara kita dalam agama Islam.
Dalam sebuah hadits dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “(Pembeda)antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR Muslim)
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Aku khawatir tidak halal bagi laki-laki (suami) diam bersama isteri yang tidak melakukan shalat, tidak mandi jinabah dan tidak mempelajari al-Qur’an.”
Terlepas dari perbedaan pendapat para ulama seputar jenis kekufuran orang yang meninggalkan shalat karena bermalas-malasan meskipun menyakini kewajibannya, maka yang pasti perbuatan itu amat dimurkai.
2. Meninggalkan Shalat Merupakan Kemunafikan.
Mengenai hal ini, Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia dan tidaklah mereka menyebut Allah melainkan sedikit sekali.” (an-Nisa`:142)
Yakni, mereka, di samping melakukan shalat karena riya`, juga bermalas-malasan dan merasa amat berat melakukannya, tidak mengharap pahala dan tidak meyakini bahwa meninggalkannya mendapat siksa.
Ibnu Mas’ud radhiyallahui ‘anhu berkata mengenai shalat berjama’ah, “Aku betul-betul melihat, tidak seorang pun di antara kami yang tidak melakukannya (shalat berjama’ah) selain orang yang munafik tulen. Bahkan ada seorang yang sampai bergelayut di antara dua orang disampingnya agar dapat berdiri di dalam shaf (karena ia masih sakit).” (HR. Muslim)
3. Meninggalkan Shalat Menjadi Sebab Mendapatkan Su’ul Khatimah
Imam Abu Muhammad ‘Abdul Haq rahimahullah berkata, “Ketahuilah, bahwa Su’ul Khatimah -semoga Allah melindungi kita darinya- tidak akan terjadi terhadap orang yang kondisi lahiriahnya lurus (istiqamah) dan batinnya baik. Alhamdulillah, hal seperti ini tidak pernah didengar dan tidak ada yang mengetahui pernah terjadi. Tetapi ia terjadi terhadap orang yang akalnya rusak dan ngotot melakukan dosa besar. Bisa jadi, kondisi seperti itu menguasainya lalu kematian menjem-putnya sebelum sempat bertaubat, maka syaithan pun memperdayainya ketika itu, nau’udzu billah. Atau dapat terjadi juga terhadap orang yang semula kondisinya istiqamah, namun kemudian berubah dan keluar dari kebiasaannya lalu terus berjalan ke arah itu sehingga menjadi sebab Su’ul Khatimah baginya.” (At-Tadzkirah: 53)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesung-guhnya ukuran semua amalan itu tergantung kepada kesudahannya.” (HR. Bukhari)
Sementara orang yang melakukan shalat tetapi buruk dalam mengerjakannya, dia terancam mendapat Su’ul Khatimah, maka terlebih lagi dengan orang yang sama sekali tidak ‘menyapa’ shalat? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seorang yang shalat tetapi tidak sempurna dalam ruku’nya, ia seperti orang yang mematok-matok di dalam sujud shalatnya, maka beliau bersabda mengenainya, “Andai ia mati dalam kondisi seperti ini, maka ia mati bukan di atas agama Muhammad.” (Hadits Hasan)
4. Meninggalkan Shalat Menjadi Slogan Penghuni Neraka Saqar
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya: “Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).” (Al-Muddatstsir: 27-30)
Dan firman-Nya, artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Kecuali golongan kanan. Berada di dalam surga, mereka tanya menanya. Tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa. ‘Apakah yang memasukkan kamu ke dalam (neraka) Saqar? Mereka menjawab, ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama orang-orang yang membicarakannya.” (Al-Muddatstsir: 38-45)
Jadi, orang-orang yang meninggalkan shalat tempatnya di neraka Saqar.
5. Meninggalkan Shalat Merupakan Sebab Seorang Hamba Dipecundangi Syaithan
Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah tiga orang yang berada di suatu perkampungan ataupun di pedalaman, lalu tidak mendirikan shalat di antara sesama mereka melainkan syaithan akan mempecundangi mereka. Karena itu, hendaklah kalian bersama jama’ah sebab srigala hanya memakan kambing yang sendirian.” (Hadits Hasan)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa, “Syaithan adalah serigala atas manusia yang merupakan musuh bebuyutannya. Maka sebagaimana burung yang semakin berada di ketinggian, semakin jauh dari petaka, sebaliknya, semakin berada di tempat rendah, petaka akan mengintainya, demikian pula halnya dengan kambing yang semakin dekat dengan penggembalanya, semakin terjaga keselamatannya, semakin ia menjauh, semakin terancam bahaya.” (Sumber: As-Shalah Limadza? Muhammad bin Ahmad al-Miqdam)
Demikian di antara bahaya meninggalkan shalat, dan tentunya masih banyak lagi bahaya-bahaya yang lain. Semoga dapat memotivasi kita di dalam meningkatkan kualitas shalat kita dan menjadi pengingat tentang besarnya urusan shalat sehingga tidak meninggalkannya. (Abu Hafshah)
Agar Shalat Menjadi Hal Yang Besar Di Mata Kita
Berikut ini langkah-langkah yang inysa-Allah akan menjadikan kita memandang shalat sebagai masalah yang besar:
a. Menjaga waktu-waktu shalat dan batasan-batasannya.
b. Memperhatikan rukun-rukun, wajib dan kesempurnaannya.
c. Bersegera melaksanakannya ketika datang waktunya.
d. Sedih, gelisah dan menyesal ketika tidak bisa melakukan shalat dengan baik, seperti ketinggalan shalat berjama’ah dan menyadari bahwa seandainya shalatnya secara sendirian diterima oleh Allah subhanahu wata’ala, maka dia hanya mendapatkan satu pahala saja. Maka berarti dirinya telah kehilangan pahala sebanyak dua puluh tujuh kali lipat.
e. Demikian pula ketika ketinggalan waktu-waktu awal yang merupakan waktu yang diridhai Allah subhanahu wata’ala, atau ketinggalan shaf pertama, yang jika orang mengetahui keutamaannya tentu mereka akan berundi untuk mendapatkannya.
f. Kita juga bersedih manakala tidak mampu mencapai khusyu’ dan tidak dapat menghadirkan segenap hati ketika menghadap kepada Rabb Tabaraka Wata ala. Padahal khusyu’ adalah inti dan ruh shalat, karena shalat tanpa ada kekhusyu’an maka ibarat badan tanpa ruh.
Oleh karena itu Allah tidak menerima shalat seseorang yang tidak khusyu’ meskipun dia telah gugur kewajibannya. Dia tidak mendapatkan pahala dari shalatnya, karena seseorang itu mendapatkan pahala shalat sesuai dengan kadar kekhusyu’an dan tingkat kesadaran dengan kondisi shalatnya itu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba melakukan shalat dan dan tidaklah dia mendapatkan pahala shalatnya kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, atau setengahnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dihasankan Al-Albani)
Oleh karenanya beliau menegaskan dalam sabdanya, “Jika kalian berdiri untuk shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang akan meninggalkan dunia.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani).

Hajar Aswad Batu Surga Saksi Kita di Akhirat

Diyakini sebagai batu surga, Hajar Aswad bakal menjadi saksi kita di akhirat kelak. Karena itulah, meski sunah hukumnya, ribuan jamaah haji berupaya sekuat tenaga untuk dapat menciumnya. Meski hanya sunah, setiap jamah haji selalu berupaya untuk sebisa mungkin dapat mencium Hajar Aswad (batu hitam). Selain diyakini sebagai batu surga, konon, Hajar Aswad kelak akan menjadi saksi kita di akhirat.
Terletak di sudut selatan Kabah pada ketinggian 1,10 meter dari lantai Masjidil Haram, batu hitam berukuran 25 x 17 cm ini selalu menyedot perhatian jamaah haji. Mereka berusaha untuk dapat menciumnya, atau paling tidak dapat ber-ihtilam (menyalaminya atau mencium tangan ketika tawaf).
Meski demikian, untuk melakukan ritual ini (mencium Hajar Aswad), setiap orang dituntut kesabarannya, mengingat banyaknya jamaah haji yang memiliki niat serupa. Karena itu, tidak dibenarkan jika kita memaksakan untuk menciumnya sembari menyakiti jemaah yang lainnya. Apalagi jika hal itu memicu keributan dengan sesama jamaah. Di lain pihak, karena hukumnya bukan wajib melainkan sunah, sejauh ini Pemerintah Arab Saudi tidak menyediakan sarana sebagaimana tawaf dan sa’i.
Apa makna di balik prosesi mencium Hajar Aswad? Konon, mencium Hajar Aswad adalah lambang perjanjian kita dengan Allah SWT. Hajar Aswad melambangkan “tangan Allah”. Mencium Hajar Aswad-baik dari dekat maupun dari jauh melambangkan perjanjian kita dengan “menjabat” tangan Allah. Seakan-akan kita berkata, “Ya Allah, saya berjanji bahwa mulai saat ini saya telah masuk ke dalam lingkaran-Mu, dan tidak akan pernah keluar dari lingkaran-Mu ini”. Karena itu, jika ada kesempatan dan kemampuan, setiap jamaah disunahkan untuk mencium Hajar Aswad.
Mulanya Putih
Menurut sejarahnya, Hajar Aswad adalah batu yang diberikan Malaikat Jibril kepada Nabi Ismail AS ketika diperintah mencari batu oleh ayahnya, Nabi Ibrahim AS yang hendak meninggikan Kabah. Kala itu, Hajar Aswad menyala-nyala karena saking putihnya. Cahayanya menyinari Barat dan Timur.
Tapi mengapa Hajar Aswad sekarang berwarna hitam? Ada beberapa versi mengenai hal ini. Hajar Aswad itu berubah warnanya menjadi hitam pekat karena diduga kuat akibat peristiwa kebakaran yang terjadi di zaman Quraisy dan di era Ibnu Zubair. Akibatnya Hajar Aswad mengalami keretakkan yang kemudian diikat oleh Ibnu Zubair dengan perak ketika ia merenovasinya.
Versi lainnya menyebutkan, berubahnya warna Hajar Aswad dari semula abyad (putih) menjadi aswad (hitam) karena dosa-dosa anak cucu Adam. Dalam kaitan ini ada sabda Rasulullah SAW yang artinya, “Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, berwarna lebih putih dari susu. Dosa-dosa anak cucu Adam-lah yang menjadikannya hitam”. Mana yang benar? Wallaahua’lam.
Dalam kaitan versi kedua, Ibnu Zhahirah mengingatkan bahwa dosa-dosa anak manusia saja bisa menghitamkan batu, apalagi pengaruhnya terhadap hati manusia. Ini jelas sebagai peringatan kepada anak cucu Adam agar hanya kepada Allah SWT sajalah kita bertumpu.
Hajar Aswad yang sekarang adalah 8 bongkahan kecil akibat pecahnya batu yang semula besar. Kedelapan bongkahan itu masih tersusun rapi pada tempatnya seperti sekarang. Pecahnya batu itu terjadi pada zaman Qaramithah, yaitu sekte dari Syi’ah Al-Bathiniyyah dari pengikut Abu Thahir Al-Qaramathi yang mencabut Hajar Aswad dan membawanya ke Ihsa’ pada tahun 319 Hijriyah. Tetapi batu itu dikembalikan lagi pada tahun 339 Hijriah.
Gugusan yang terbesar berukuran sebuah kurma yang tertanam di batu besar lain dan dikelilingi oleh ikatan perak inilah yang senantiasa dirindui setiap muslim untuk dapat menciumnya. Batu yang terletak dalam lingkaran perak itulah yang diusahakan jamaah haji untuk dapat menciumnya, bukan batu yang berada di sekitarnya.
Dalam perkembangannya, Hajar Aswad pernah mengalami renovasi pada zaman Raja Fahd, tepatnya pada bulan Rabiul Awal 1422 Hijriyah. Kini, setiap tahun menjelang musim haji, Hajar Aswad senantiasa dibersihkan berbarengan dengan pencucian Kabah. Pada saat inilah, biasanya Pemerintah Arab Saudi memberi kesempatan kepada tamu-tamu kerajaan untuk menyaksikan pencucian Kabah sekaligus mencium HajarAswad

Wasiat Terakhir Nabi Muhammad SAW

Setelah dua bulan melaksanakan haji wada’ atau perpisahan, kondisi tubuh Rasulullah SAW terus melemah. Bahkan nabi memerintahkan Abu Bakar Ash-shidiq untuk menggantikannya sebagai imam salat.
Empat hari sebelum wafat, kondisi nabi kembali pulih. Nabi kemudian menyucikan diri, dan pergi salat zuhur berjamaah di masjid bersama para sahabat lain. Namun nabi tidak bisa berjalan sendiri, dia dipapah Abbas bin Abdul Mutholib dan Ali bin Abu Tholib.
Usai melaksanakan salat zuhur, nabi menyerukan kepada seluruh Muslimin untuk selalu berbuat baik kepada golongan Anshar, karena jasanya yang begitu besar kepada Islam. “Allah memberikan karunia kepada hambanya (nabi) satu pilihan, antara dunia dan akhirat. Dia memilih yang terakhir,” kata Nabi Muhammad.
Kondisi kesehatan nabi terus tidak stabil. Dalam sehari, terkadang nabi merasakan pergantian sakit dan sembuh seketika. Hingga Senin petang tanggal 12 Rabiul Awal 11 Hijriyah, di pangkuan Aisyah RA, nabi dikelilingi oleh Muslimin dengan raut muka sedih.
Dalam kondisi yang tiada berdaya, nabi terus mengucapkan kalimat istigfar kepada Allah SWT. Nafasnya tenang, sambil sesekali pandangannya mengarah ke seisi ruangan yang dipenuhi oleh kerabat dan para sahabat setianya.
Dengan suara lirih, bibir nabi bergerak berusaha menyampaikan beberapa kalimat kepada Muslimin yang berada di sekitarnya. “Tegakkanlah salat. Perlakukanlah para hamba sahaya dengan baik,” kata nabi.
Usai menyampaikan wasiatnya, nabi kemudian membasuh wajah dan tangannya berkali-kali. “Ya Allah, perkenankanlah aku bertemu dengan Teman yang maha tinggi,” lanjut nabi.
Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun, seluruh ruangan tempat nabi berbaring tiba-tiba dipenuhi oleh luapan air mata kesedihan. Dengan tenang, ruh Nabi Muhammad SAW kembali kepada Allah SWT. Seluruh Muslimin berkabung atas meninggalnya panutan sejati mereka.
Jenazah nabi kemudian dimandikan oleh Fadhl bin Abbas, Ali bin Abu Thalib, usman bin Zaid. Esoknya, nabi dimakamkan di dalam rumah Aisyah binti Abu Bakar Ash-shidiq, tempat nabi terakhir menghembuskan nafasnya.

Yang Tidak Bisa Diucapkan Ayah

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orangtuanya…..
Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya..
Lalu bagaimana dengan Papa?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu
bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu… Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya”
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….
Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi
tidak sekarang”
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit
membentak dengan berkata : “Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa
bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa
berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama…
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS
menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke
rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia…. :’)
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan
untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut…
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan
mengeras dan Papa memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa”
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata – mata
hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa…. Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain… Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan
menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT….kuat untuk pergi dan menjadi
dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak…. Tidak bisa!”
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu”.
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang
tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin.. Karena Papa tahu…
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya….
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia….
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang
panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa…
Dalam lirih doanya kepada Allah, Papa berkata: “Ya Allah tugasku telah
selesai dengan baik…
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik…
Bahagiakanlah ia bersama suaminya…
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih…
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya…
Papa telah menyelesaikan tugasnya…
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita…
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu…
Dan dia adalah orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam
segala hal…
Tulisan ini didedikasikan kepada teman-teman wanita fb yang cantik, yang kini sudah berubah menjadi wanita dewasa serta ANGGUN, dan juga untuk teman-teman fb pria yang sudah ataupun akan menjadi ayah yang HEBAT !!!
Banyak hal yang mungkin tidak bisa dikatakan Ayah / Bapak / Papa / Papi kita… tapi setidaknya kini kita mengerti apa yang tersembunyi dibalik hatinya….

Rahasia Senyuman Rasulullah Muhammad SAW

Ketika Anda membuka lembaran sirah kehidupan Muhammad saw., Anda tidak akan pernah berhenti kagum melihat kemuliaan dan kebesaran pribadi beliau saw. Sisi kebesaran itu terlihat dari sikap seimbang dan selaras dalam setiap perilakunya, sikap beliau dalam menggunakan segala sarana untuk meluluhkan kalbu setiap orang dalam setiap kesempatan.
Sarana paling besar yang dilakukan Muhammad saw. dalam dakwah dan perilaku beliau adalah, gerakan yang tidak membutuhkan biaya besar, tidak membutuhkan energi berlimpah, meluncur dari bibiruntuk selanjutnya masuk ke relung kalbu yang sangat dalam.
Jangan Anda tanyakan efektifitasnya dalam mempengaruhi akal pikiran, menghilangkan kesedihan, membersihkan jiwa, menghancurkan tembok pengalang di antara anak manusia!. Itulah ketulusan yang mengalir dari dua bibir yang bersih, itulah senyuman!
Itulah senyuman yang direkam Al Qur’an tentang kisah Nabi Sulaiman as, ketika Ia berkata kepada seekor semut,
“Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. An Naml:19
Senyuman itulah yang senantiasa keluar dari bibir mulia Muhammad saw., dalam setiap perilakunya. Beliau tersenyum ketika bertemu dengan sahabatnya. Saat beliau menahan amarah atau ketika beliau berada di majelis peradilan sekalipun.
Diriwayatkan dari Jabir dalam sahih Bukhari dan Muslim, berkata, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah saw tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.”
Suatu ketika Muhammad saw. didatangi seorang Arab Badui, dengan serta merta ia berlaku kasar dengan menarik selendang Muhammad saw., sehingga leher beliau membekas merah. Orang Badui itu bersuara keras, “Wahai Muhammad, perintahkan sahabatmu memberikan harta dari Baitul Maal! Muhammad saw. menoleh kepadanya seraya tersenyum. Kemudian beliau menyuruh sahabatnya memberi harta dari baitul maal kepadanya.”
Ketika beliau memberi hukuman keras terhadap orang-orang yang terlambat dan tidak ikut serta dalam perang Tabuk, beliau masih tersenyum mendengarkan alasan mereka.
Ka’ab ra. berkata setelah mengungkapkan alasan orang-orang munafik dan sumpah palsu mereka:
“Saya mendatangi Muhammad saw., ketika saya mengucapkan salam kepadanya, beliau tersenyum, senyuman orang yang marah. Kemudian beliau berkata, “Kemari. Maka saya mendekati beliau dan duduk di depan beliau.”
Suatu ketika Muhammad saw. melintasi masjid yang di dalamnya ada beberapa sahabat yang sedang membicarakan masalah-masalah jahiliyah terdahulu, beliau lewat dan tersenyum kepada mereka.
Beliau tersenyum dari bibir yang lembut, mulia nan suci, sampai akhir detik-detik hayat beliau.
Anas bin Malik berkata diriwayatkan dalam sahih Bukhari dan Muslim, “Ketika kaum muslimin berada dalam shalat fajar, di hari Senin, sedangkan Abu Bakar menjadi imam mereka, ketika itu mereka dikejutkan oleh Muhammad saw. yang membuka hijab kamar Aisyah. Beliau melihat kaum muslimin sedang dalam shaf shalat, kemudian beliau tersenyum kepada mereka!”
Sehingga tidak mengherankan beliau mampu meluluhkan kalbu sahabat-shabatnya, istri-istrinya dan setiap orang yang berjumpa dengannya!
Menyentuh Hati
Muhammad saw. telah meluluhkan hati siapa saja dengan senyuman. Beliau mampu “menyihir” hati dengan senyuman. Beliau menumbuhkan harapan dengan senyuman. Beliau mampu menghilangkan sikap keras hati dengan senyuman. Dan beliau saw. mensunnahkan dan memerintahkan umatnya agar menghiasi diri dengan akhlak mulia ini. Bahkan beliau menjadikan senyuman sebagai lahan berlomba dalam kebaikan. Rasulullah saw. bersabda,
“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” At Tirmidzi dalam sahihnya.
Meskipun sudah sangat jelas dan gamblang petunjuk Nabi dan praktek beliau langsung ini, namun Anda masih banyak melihat sebagaian manusia masih berlaku keras terhadap anggota keluarganya, tehadap rumah tangganya dengan tidak menebar senyuman dari bibirnya dan dari ketulusan hatinya.
Anda merasakan bahwa sebagian manusia -karena bersikap cemberut dan muka masam- mengira bahwa giginya bagian dari aurat yang harus ditutupi! Di mana mereka di depan petunjuk Nabi yang agung ini! Sungguh jauh mereka dari contoh Nabi muhammad saw.!
Ya, kadang Anda melewati jam-jam Anda dengan dirundung duka, atau disibukkan beragam pekerjaan, akan tetapi Anda selalu bermuka masam, cemberut dan menahan senyuman yang merupakan sedekah, maka demi Allah, ini adalah perilaku keras hati, yang semestinya tidak terjadi. Wal iyadzubillah.
Pengaruh Senyum
Sebagian manusia ketika berbicara tentang senyuman, mengaitkan dengan pengaruh psikologis terhadap orang yang tersenyum. Mengkaitkannya boleh-boleh saja, yang oleh kebanyakan orang boleh jadi sepakat akan hal itu. Namun, seorang muslim memandang hal ini dengan kaca mata lain, yaitu kaca mata ibadah, bahwa tersenyum adalah bagian dari mencontoh Nabi saw. yang disunnahkan dan bernilai ibadah.
Para pakar dari kalangan muslim maupun non muslim melihat seuntai senyuman sangat besar pengaruhnya.
Dale Carnegie dalam bukunya yang terkenal, “Bagaimana Anda Mendapatkan Teman dan Mempengaruhi Manusia” menceritakan:
“Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami, senyum tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja sama dengan pihak lain. Senyum lebih berharga dibanding sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria. Dan lebih menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di wajah seorang wanita. Senyum bukti cinta tulus dan persahabatan yang murni.”
Ia melanjutkan, “Saya minta setiap mahasiswa saya untuk tersenyum kepada orang tertentu sekali setiap pekannya. Salah seorang mahasiswa datang bertemu dengan pedagang, ia berkata kepadanya, “Saya pilih tersenyum kepada istriku, ia tidak tau sama sekali perihal ini. Hasilnya adalah saya menemukan kebahagiaan baru yang sebelumnya tidak saya rasakan sepanjang akhir tahun-tahun ini. Yang demikian menjadikan saya senang tersenyum setiap kali bertemu dengan orang. Setiap orang membalas penghormatan kepada saya dan bersegera melaksanakan khidmat -pelayanan- kepada saya. Karena itu saya merasakan hidup lebih ceria dan lebih mudah.”
Kegembiraan meluap ketika Carnegie menambahkan, “Ingatlah, bahwa senyum tidak membutuhkan biaya sedikitpun, bahkan membawa dampak yang luar biasa. Tidak akan menjadi miskin orang yang memberinya, justeru akan menambah kaya bagi orang yang mendapatkannya. Senyum juga tidak memerlukan waktu yang bertele-tele, namun membekas kekal dalam ingatan sampai akhir hayat. Tidak ada seorang fakir yang tidak memilikinya, dan tidak ada seorang kaya pun yang tidak membutuhkannya.”
Betapa kita sangat membutuhkan sosialisasi dan penyadaran petunjuk Nabi yang mulia ini kepada umat. Dengan niat taqarrub ilallah -pendekatan diri kepada Allah swt.- lewat senyuman, dimulai dari diri kita, rumah kita, bersama istri-istri kita, anak-anak kita, teman sekantor kita. Dan kita tidak pernah merasa rugi sedikit pun! Bahkan kita akan rugi, rugi dunia dan agama, ketika kita menahan senyuman, menahan sedekah ini, dengan selalu bermuka masam dan cemberut dalam kehidupan.
Pengalaman membuktikan bahwa dampak positif dan efektif dari senyuman, yaitu senyuman menjadi pendahuluan ketika hendak meluruskan orang yang keliru, dan menjadi muqaddimah ketika mengingkari yang munkar.
Orang yang selalu cemberut tidak menyengsarakan kecuali dirinya sendiri. Bermuka masam berarti mengharamkan menikmati dunia ini. Dan bagi siapa saja yang mau menebar senyum, selamanya ia akan senang dan gembira. Allahu a’lam

Fenonema Facebook (Rugi Jika Tak Baca)

HATI HATI TULIS STATUS MULUTMU HARIMAUMU
STATUSMU DAN INBOXMU DICATAT OLEH MALAIKAT
“INGATLAH JIKA PERBUATAN DAN HATI AKAN DIHISAB DI AQHIRAT NANTI” [ 21:1]
Tanpa kita sadari, setan menggangu kita melalui situs ini. Jika kita tidak berhati-hati dan koreksi diri kita dapat terjerumus dalam berbagai dosa & maksiat. Demi Masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari.
Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa.
Ketika seorang celebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasi setan yang ditunggu-tunggu …’siapa calon bapak si jabang bayi?’
Ada kabar yang lebih menghebohkan, lagi-lagi seorang celebritis yang belum resmi berpisah dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan bersama pria lain, dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya.
Wuiih……mungkin kita bisa berkata ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi. Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.
Wuiiih……ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya, apapun, diketahui orang , dikomentarin orang bahkan mohon maaf ….’dilecehkan’ orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan.
Fenomena itu bernama facebook , setiap saat para facebooker meng update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status facebook :
Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya…..?” —— kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “Mau ditemanin? Dijamin puas deh…”
Seorang wanita lainnya menuliskan “Bangun tidur, badan sakit semua, biasa….habis malam jumat ya begini…” kemudian komen2 nakal bermunculan…
Ada yang menulis “ bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi…. ”, —-kemudian komen2 pelecehan bermunculan.
Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya …., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu….” —-lupa klu si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.
Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya “habis minum jamu nih…., ada yang mau menerima tantangan ? ’—-langsung berpuluh2 komen datang.
Ada yang hanya menuliskan, “lagi bokek, kagak punya duit…”
Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget…bakal tidur pake dalaman lagi nih ” .
Dan ribuan status-status yang numpang jahilliyah dan pengen ada komen-komen dari lainnya.
Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.
Ada yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya di tutup dan tidak perlu di tampilkan.
Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru sj di upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek…..padahal sebagian besar yg di dalam foto tersebut sudah berjilbab
Ada seorang karyawati mengupload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman2 prianya bergandengan dengan ceria….
Ada pula seorang pria meng upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.
Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah…., yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya . Ingatkah ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang Humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab, “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul dengan senyum teduhnya berkata, “Baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah rasulullah….
Ingatlah Abdurahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu mengikuti Rasulullah berhijrah dari mekah ke madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya, maka abdurahman bin auf mengatakan, tunjukan saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana Rasulullah, bersabda, “Malu itu sebahagian dari iman”. (Bukhari dan Muslim).
Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam, hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga .
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan dengan sindiran keras kepada kita
“Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).
Arogansi kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa bersalah mengungkit kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang tidak bermartabat yang semestinya dibuang saja atau disimpan rapat.
Bagi mereka para wanita yang menemukan jati dirinya, dibukakan cahayanya oleh Allah sehingga saat di masa lalu jauh dari Allah kemudian ter inqilabiyah – tershibghoh, tercelup dan terwarnai cahaya ilahiyah, hatinya teriris melihat masa lalunya dibuka dengan penuh senyuman, oleh orang yang mengaku sebagai teman, sebagai sahabat.
Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.
Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat Iffah kita luntur tak berbekas.
catatan
***” Iffah (bisa berarti martabat/kehormatan) adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan upaya penjagaan diri ini. Iffah sendiri memiliki makna usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela.”
Beberapa orang sering dgn mudahnya meng-up date status mereka dgn kata-kata yg tidak jelas” entah apa tujuannya selain untuk numpang beken, cari perhatian dan pengin ada komen-komen dari lainnya”.
> Dingin . . .
> B.E.T.E. . . .
> Capek
> Puanass buaget neh !
> Arghhh .. . !!!!
> Gile tuh org !
> . . .
> Aku masih menanti . . .
etc….
_______________________________________________#
Mohon kiranya untuk men-tag ataupun men-sharing artikel ini dengan orang yang Anda kasihi demi kebaikan kita bersama.
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”( HR Muslim)
Apabila ada kebaikan dalam catatan ini, maka sebaiknya mari kita SEBARKAN untuk dibaca oleh orang yg kita cintai
“Orang yang menyeru (menyuruh/menasehatkan) kepada kebaikan akan memperoleh pahala seperti orang yang mengamalkan seruannya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkan sedikitpun. Sebaliknya, orang yang menyeru kejahatan akan mendapatkan dosa seperti orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa orang yang mengamalkannya sedikitpun.” (HR. Muslim)

Nak, Ayah mencintaimu

Kalau Anda seorang ayah pasti sering mendengar kalimat-kalimat berikut ini: “Ayah, aku sudah mandi.” Aku sudah sudah belajar lho, Pa.” Apa aku boleh ikut abi pergi ?” Kalau bapak pulang, bawakan aku es krim ya ?” Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah respon kita saat itu ? Apakah tanggapan kita seindah binar mata mereka ? Apakah sikap kita semanis senyum mereka ? Apakah jawaban kita sebesar harapan mereka ?
Sebagai seorang ayah sungguh kita harus menyadari betapa anak-anak kita itu memerlukan senyum gagah kita. Mereka juga membutuhkan belaian sayang kita. Buah cinta kita itu selalu merindu dekapan mesra kita. Buah hati kita itu selalu menanti kecupan sayang kita di kening mereka. Yakinlah Anda bahwa tutur kata manis kita amat berarti bagi hatinya. Oleh-oleh yang kita hadiahkan begitu bermakna bagi jiwa mereka. Ketika kita mengajak mereka bepergian rasa bangga memenuhi ruang-ruang kalbunya.
Tentang buah hati kita itu, kekasih Allah, teladan kita, guru tentang cinta & kasih sayang kita, Rasulullah saw bersabda untuk kita para ayah,” Cintailah anak-anak dan kasih sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka, maka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah satu-satunya yang memberi mereka rezeki.” Dalam riwayat lain dikisahkan ada seorang Arab Badui yang menemui Rasulullah saw dan berkata,” Mengapakah engkau menciumi anak-anak kecil, sedang kami tidak pernah melakukannya ?” Maka Rasulullah saw bersabda,” Apakah kamu tidak takut bila Allah SWT mencabut rasa kasih sayang dari lubuk hatimu ?”
Bagi anak-anak, kita para ayah adalah pahlawan. Menurut mereka kita adalah sosok gagah yang menentramkan hati mereka. Buah hati kita itu amat bangga terhadap keperkasaan kita. Mereka begitu mendamba perhatian dan kehadiran kita. Namun mereka tak pandai merangkai kata tuk mengungkap cinta. Mereka juga tidak mengerti cara membisikkan rasa rindunya. Mereka mencintai kita para ayah dengan bahasa yang sering tak mampu kita mengerti. Mereka menyayangi kita dengan gaya yang sering tak bisa kita pahami. Karena itu kita sering tak menyadari bahwa ada makhluk-makhluk kecil yang begitu mencintai dan membutuhkan kita.
Saat mereka mendekat, kita sering merasa terusik. Ketika mereka mengajak bicara, kita sering merasa terganggu. Waktu mereka bertanya, sering hati kita merasa tak nyaman. Tangisan mereka seperti suara petir bagi telinga kita. Teriakan mereka bagai badai yang menerjang jiwa kita. Padahal seperti itulah cara anak-anak mencintai kita. Begitulah cara mereka menyayangi kita. Dengan cara seperti itulah mereka ingin menyampaikan bahwa mereka amat membutuhkan kita. Hanya cara seperti itulah yang mereka mengerti untuk menyentuh cinta kita.
Boleh jadi kita belum mampu menjadi ayah yang indah untuk anak-anak kita. Saat mereka menangis kita malah membentaknya. Ketika mereka bertanya kita tidak menggubrisnya. Waktu mereka belajar, kita tidak ada di sisi mereka. Mereka sakit tanpa ada kita di sampingnya. Mereka sedih tanpa ada yang menghiburnya. Mereka jarang kita belai. Mereka jarang kita cium. Kadang pekerjaan kita membuat kita tak menyadari bahwa ada yang menanti-nanti kedatangan kita hingga tertidur di depan pintu rumah kita.

Sudah tiba saatnya bagi kita para ayah untuk mengerti bahasa cinta anak-anak kita. Kita harus memahami cara mereka dalam mencintai kita. Dengan demikian kita bisa menjadi seperti yang mereka pinta. Kita mesti berupaya menjadi seperti yang mereka harapkan. Kita harus menjadi pendengar yang menyenangkan saat mereka berbicara. Ketika mereka mendekati kita sehasta, kita mendekati mereka sedepa. Saat mereka memanggil, kita datangi mereka dengan sepenuh jiwa. Sewaktu mereka menangis, kita akan mendekapnya dengan penuh cinta. Kita juga tak akan pernah lelah tuk berbisik mesra,” Nak, ayah mencintaimu.”

Wahai Para Muslimah, Bisakah Kalian Meniru Beliau?

Berikut ini adalah Kisah Kehidupan Fathimah binti Abdil Malik bin Marwan, istri Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang begitu termasyhur dalam sejarah Islam. Kisah hidup beliau yang disampaikan oleh Asy-Syaikh Muhibbuddin Al-Khathib di dalam Muqaddimah Adabuz Zifaf ini sungguh mengesankan, dan tidak ada pertanyaan yang patut dilontarkan kepada para muslimah berkenaan dengan cerita ini melainkan, “Bisakah kalian meniru beliau?” Syaikh Muhibbudin Al-Khatib rahimahullah menuturkan,
“Di saat menikah, Fathimah binti Amirul Mukminin (Abdul Malik bin Marwan) adalah anak dari seorang ayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi atas wilayah Syam, Iraq, Hijaz, Yaman, Iran, Sindustan, Kaukasus, Qaram (?????), hingga belakang sungai: arah timur: Nigeria dan Genova, arah barat: Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko Aqsa, dan Spanyol Barat.
Fathimah bukan saja putri khalifah tertinggi, tetapi juga saudara perempuan empat khalifah Islam: Al-Walid bin Abdil Malik, Sulaiman bin Abdil Malik, Yazid bin Abdil Malik, dan Hisyam bin Abdil Malik. Dan lebih dari itu, beliau adalah isteri dari khalifah paling agung yang dikenali Islam sesudah para khalifah di awal Islam, yaitu Amirul Mukminin Umar bin Abdil Aziz.
Wanita utama ini merupakan anak perempuan khalifah, isteri khalifah, dan saudari empat khalifah. Beliau keluar dari rumah ayahnya ke rumah suaminya di hari pernikahan dalam keadaan membawa berlimpah-ruah harta paling berharga yang dimiliki oleh seorang perempuan di atas permukaan bumi, berupa perhiasan dan intan permata. Ada yang mengatakan bahwa di antara perhiasannya itu dua anting Maria yang begitu masyhur dalam sejarah dan sering disenandungkan oleh para penyair.
Rumah tangga Umar bin Abdil Aziz dan istrinya berlangsung di rumah ayah Fathimah yang hidup dalam kenikmatan. Tiada seorang pun perempuan di dunia masa itu yang mempunyai kehidupan yang lebih dibandingkan Fathimah. Andaikan dia mau meneruskan gaya hidupnya di rumah suaminya maka tentu bejananya setiap hari dan setiap saat makan akan penuh dengan makanan yang paling enak, paling langka, dan paling mahal. Bila ingin menikmati segala macam kenikmatan yang dikenali manusia, niscaya beliau akan mampu melakukannya.”
Syaikh Muhibbuddin kemudian mengatakan,
“Yang saya sampaikan berikut bukanlah omong kosong kalau sesungguhnya kehidupan megah dan mewah sangat mungkin akan merugikan kesehatan orang-orang kaya, sementara orang-orang sederhana bisa menikmati kesehatan. Kehidupan yang megah bisa menyebabkan seseorang mendapatkan rasa dengki, hasad, dan kebencian orang-orang miskin. Ditambah lagi, bagaimana pun cerianya kehidupan (yang mewah) lama kelamaan pun menjadi biasa dan membosankan. Apabila orang-orang yang mendapatkan puncak kenikmatan lantas bertemu dengan keadaan fakir maka jiwa mereka pun meminta lebih dari itu, dan mereka pun tidak sanggup mendapatkannya.
Sedangkan orang yang hidup seimbang mengetahui bahwa tangan mereka bisa meraih apa yang lebih dari keadaan mereka dan mereka bisa mendapatkannya kapan pun mereka mau. Hanya saja mereka lebih memilih membebaskan diri darinya dan dari segala kebutuhan mewah agar mereka bisa lebih tinggi di atasnya dan agar mereka tidak menjadi budak syahwat.
Oleh karena itu, Khalifah Agung Umar bin Abdil Aziz memilih –dalam keadaan beliau sebagai raja terbesar di muka bumi saat itu- menetapkan pengeluaran rumah tangganya hanya beberapa dirham setiap harinya. Sang isteri Khalifah, anak Khalifah, dan saudari empat khalifah itu juga ridha dengan keadaan ini. Fathimah pun menjadi sosok wanita yang dikagumi karena dia bisa menikmati rasa lezat qana’ah dan bersenang-senang dengan manisnya kesederhanaan. Sehingga lezat dan manisnya qanaah ini lebih enak dan memuaskan bagi beliau bila dibandingkan dengan semua kemewahan dan kemegahan yang sebelumnya beliau kenali.
Suami beliau, Umar bin Abdul Aziz pun kemudian menasehati beliau untuk naik dari sifat kekanak-kanakan, meninggalkan semua permainan dan barang rendahan yang dulu elok (berupa perhiasan mewah –ed.) bagi dua telinga, pundak, rambut, dan pergelangan tangannya, hal-hal yang sebenarnya tidak memberikan manfaat sama sekali yang apabila kemewahannya itu dijual, maka harganya akan bisa mengenyangkan perut para rakyat; kaum pria, wanita, maupun anak-anak.
Fathimah menyambut usul suaminya. Beliau beristirahat dari beratnya perhiasan, intan permata, dan mutiara yang telah dia bawa dari rumah ayahnya. Semuanya dia kirim ke Baitul Mal untuk kepentingan kaum muslimin.
Setelah itu Amirul Mukminin pun wafat tanpa meninggalkan apa-apa bagi isteri dan anak-anaknya. Penanggung jawab Baitul Mal datang kepada Fathimah dan berkata kepadanya, “Wahai tuanku, sesungguhnya intan permatamu masih senantiasa seperti keadaannya semula. Sesungguhnya saya memandangnya sebagai barang amanah darimu, makanya saya simpan dengan baik hingga hari ini. Saya datang untuk meminta izinmu untuk mengembalikannya.”
Namun apa jawab Fathimah? Beliau menjawab kalau dirinya telah menghibahkannya ke Baitul Mal untuk kepentingan kaum muslimin sebagai ketaatan kepada Amirul Mukminin. Beliau katakan, “Aku tidak mau menaatinya ketika dia masih hidup lantas menentangnya ketika dia sudah wafat”.
Fathimah enggan menarik kembali harta yang halal dan warisannya yang bernilai milyaran itu, walaupun pada saat itu beliau butuh beberapa dirham. Oleh karena itulah Allah menuliskan kekekalan nama bagi dirinya (namanya tetap dikenang sampai saat ini –). Dan termasuklah kita saat ini menyebutkan tentang harta bendanya yang melimpah dan ketinggian derajat beliau, sedangkan kita sudah terpisah berabad-abad darinya. Semoga Allah merahmati beliau dan meninggikan tingkatannya di surga kenikmatan.
Sesungguhnya kehidupan yang paling enak ialah kehidupan sederhana dalam segala sesuatu. Betapa pun suatu kehidupan itu kurang atau nikmat maka kalau orangnya menjalani terus dia akan merasa biasa. Kebahagiaan itu ada di saat ada perasaan ridha, dan orang yang merdeka ialah orang yang bebas dari semua yang tidak dia butuhkan. Inilah kekayaan dalam pengertian Islam dan kemanusiaan, semoga Allah menjadikan kita termasuk di dalamnya.” Amiin

Pengorbanan Istri Yang Sering Tidak Disadari Suami

Wanita adalah karunia terindah yang ada dan penting di dunia, tapi banyak perjuangan dan pengorbanan wanita tidak di ketahui Pria.
1. Ketika suami menikah lagi, dan perempuan berusaha menerima (karena alasan ekonomi atau agama atau alasan apapun), ia akan duduk sendiri di setiap malam dalam gelap kamar saat suaminya tengah mendekap mesra seorangperempuan lain di ranjang lain. Ia akan (mungkin) menangis karena terluka, tapi demi anak-anak ia akan berusaha menerimanya dengan sabar
2.Sebagai istri ia siap mengorbankan impian-impiannyademi mengurus suami (yang kadang bersifat kekanak-kanakan dan minta diurus) dan anak-anak yang bandel.
3.Ketika suami mencela masakannya, ia akan bersusah payah belajar masak dari siapapun untuk bisa menghidangkan makanan dengan rasa terbaik pada suami dan anak-anaknya.
4. Ia bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Jam kerjanya tak berbatas. ia bangun ketika siapapun di rumah belum bangun, mulai bekerja, memasak,membersihkan rumah, mencuci pakaian, lalu mengurus suami sebelum pergi kerja, mengurus anak-anak berangkat sekolah, ketika pakaian kering di jemuran ia akan mengangkatnya, dan menyetrika dengan rapi.
5. Kemudian setelah begitu capek mengurus rumah tangga, malam giliran memenuhi ini itu suaminya. Mulianya seorang istri adalah: tukang masak, tukang cuci, cleaning service, babu dan wanita penghibur digabung jadi satu
6. Ketika suaminya menginginkan punya anak 4,5,6 atau 9 orang, ia sebagai istri harus siap menderita mengandung anak dan bertarung nyawamelahirkannya. Suami kadang gak terlalu paham penderitaan macam begini karena mereka tidak mengalaminya
7. Meski laki-laki tak paham benar, tapi Allah Maha Mengerti, karena itulah ia memberi reward pada pengorbanan perempuan. Bagi yang meninggal karena melahirkan anak, Tuhan langsung memberinya surga. Bagi istri yang setia bekerja mengurus rumah tangganya, dengan sabar dan ikhlas, maka silahkanlah ia masuk surga dari pintu mana saja ia suka.

Penyesalan Yang Terlambat (Ayah.. kembalikan tangan Dita !)


Bismillahir-Rahmanir-Rahim … Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya …