cerpen yang ku tulis memenuhi tugas bahasa Indonesia di sekolah, enjoy reading~
Yang Tersimpan
Oleh Nurhaya Aditya P
Eli menenggak minuman
sodanya sampai habis. Kakak perempuannya sekaligus saudara satu-satunya, Kamila
berdiri tepat disebelahnya.
M
|
ereka mengenakan gaun
satin yang dibelikan ibu mereka dua minggu lalu. Hari ini adalah hari yang
spesial. Eli melihat sekeliling. Begitu banyak tamu yang datang. Kebanyakan
adalah rekan kerja ayahnya. Acara ini memang telah dipersiapkan dengan matang.
Gedung ini pun telah disewa ibunya dari enam buan yang lalu. Kue berwarna putih
dengan hiasan cokelat serut menjulang tinggi menyita perhatian seisi gedung. Di
atas panggung tergantung spanduk besar bertuliskan “25th Wedding Anniversary
Edith & Herman Rayelli”. Itu adalah nama kedua orangtua Eli. Mereka
terlihat sangat bahagia.
“Elissa! Kamila!”
Dari jauh terdengar suara memanggil. Eli mengenai suara
itu.
“Om Tanto,” sapa Kamila.
“Maaf, Om terlambat. Macet sekali. Sepertinya ada
kecelakaan mobil di jalan tol,” katanya beralasan.
Eli mengangguk-angguk mendengarkan. Hanya mendengarkan. Tidak
lebih. Karena Eli tahu tidak satu pun kata yang diucapkan Om Tanto benar.
Paling-paling ia hanya bangun kesiangan. Atau bahkan lupa kalau acara ulang
tahun perkawinan orangtuanya adaah hari ini. Om Tanto memang seperti itu. Om
Tanto adalah adik dari Ibu Eli. Pekerjaannya? Tidak jelas. Ia bilang ia adalah
ia adalah seorang fotografer tapi Eli belum sekalipun melihat karyanya.
“Eli,
Om, aku tinggal dulu ya. Aku harus memberi ini pada Ayah,”Kamila membuka
lipatan kertas yang dipegangnya. Itu adalah pidato sambutan yang akan diucapkan
ayah mereka. Kamila berlari kecil menuju panggung. Sementara Om Tanto mengambil
salah satu dari minuman soda yang terletak berjejer disepanjang meja. Sambil
menyesap minumannya ia berkata, “Dua puluh lima tahun. Bisa kamu bayangkan?
Waktu yang tidak sebentar,ya! Pasti semua orang berharap perkawinannya bisa
mencapai angka itu. Kamu juga kan, Elissa? Saat kamu sudah dewasa nanti
tentunya.
Eli
hanya memberikan senyum terpaksanya. Ingin sekali ia berkata ‘tidak’, tapi
tentu saja ia tidak melakukannya. Suara tepuk tangan dan sorak-sorai gembira
para tamu mengalihkan perhatian Eli dan Om Tanto ke arah panggung. Ayah Eli
akan memulai pidatonya. Bagi Eli, pesta ini hanya sebuah kebohongan. Sebuah
acara yang dibuat dengan menghabiskan banyak uang, namun tidak memiliki makna
sedikitpun. Ini bukan karena Eli tidak menghargai perkawinan kedua orangtuanya.
Tapi karena ia mengetahui satu hal yang tidak diketahui oleh semua orang di
pesta itu.
“Tidak
mudah untuk mempertahankan sebuah perkawinan,” kata sang ayah membuka
pidatonya.
Ya. Benar sekali, Ayah. Memang
tidak mudah. Eli mencibir dalam hati. Ia kecewa,
ayahnya sanggup menjalani kebohongan selama bertahun-tahun.
Saat
itu, sekitar tiga tahun lalu, sepulang sekolah, Eli memutuskan untuk mampir ke
kantor ayahnya. Keputusan yang masih ia sesali sampai sekarang. Karena saat ia
melangkah menuju ruang kerja ayahnya, ia menyadari pintu ruang kerja tersebut
sedikit terbuka. Pada saat itulah ia melihat ayahnya sedang bersama seorang
wanita muda yang tidak ia kenal. Dan mereka terlihat cukup akrab. Terlalu
akrab, malah. Pemandangan itu membuat Eli shock. Sekarang pun, semuanya masih
terekam jelas di ingatan Eli. Dan sejak kapan hubungan itu dimulai? Eli hanya
bisa menerka-nerka. Yang jelas, hubungan terlarang itu masih berlangsung sampai
sekarang. Namun demi ibunya, demi kebahagiannya, Eli menutup rapat mulutnya.
***
S
|
epanjang perjalanan
pulang, Eli duduk memandang keluar jendela mobil dengan tatapan kosong. Apakah
yang ia lakukan selama ini benar. Menyimpan semuanya sendiri, tanpa memberitahu
siapa pun di sekitarnya. Terkadang Eli merasa beban ini terlalu berat bagi
dirinya yang masih duduk di bangku SMA.
“Ya ampun!” seru Ayah sesampainya di rumah.
“Ada apa?” tanya Ibu.
“Ayah
baru sadar! Ponsel Ayah ketinggalan di gedung,”
Yang
benar saja. Eli tidak percaya sedikit pun. Tentunya, ia memiliki dugaan
tersendiri.
“Hmm...
begini saja, Ayah,” kata Kamila.
“Kebetulan
aku mau pergi lagi. Aku akan sekalian mengambilnya nanti,”
“Tidak.
Tidak usah, Kamila. Itu terlalu merepotkan kamu. Ayah akan mengambilnya saja
sendiri,” Ayah bersikeras. Lima menit kemudian, Ayah sudah melesat pergi menuju
gedung tempat acara tadi berlangsung. Atau begitu katanya. Sampai kapan Ayah tega berdusta? Akankah kebohongan ini berakhir?
Sesampainya
di kamar, Eli segera menyalakan komputer dan langsung menjalankan koneksi
internetrnya. Hal yang selalu dilakukannya tiap malam. Ia mengecek inbox
e-mailnya yang jumlahnya sudah mencapai ribuan. Sembian puluh sembilan
persennya merupakan e-mail dari mailing list yang pernah ia ikuti dulu. Tapi
entah kenapa, ketertarikannya sudah luntur sekarang, ia mengklik tombol “chat”.
Selama beberapa detik ia menunggu. Lalu muncullah nama “DarkWorld”. Itu adalah
nickname Eli. Tak lama setelah itu, muncul tulisan “DesperateGirl47 is online”.
Eli mengklik nama itu.
DarkWorld : Hai! Apa kabar?
DesperateGirl47:
Hai juga. Tak terlalu baik disini. Sedang menunggu pacarku. Ia akan datang
sebentar lagi.
DesperateGirl47
adalah teman maya Eli yang sudah dianggapnya sebagai sahabat. Eli tak pernah
bertemu dengannya atau pun mengenalnya. Ia hanya secara tidak sengaja mengklik
namanya saat sedang chatting suatu hari. Tak disangka-sangka, mereka merasa
cocok dan setahun kemudian, mereka menjadi sahabat.
DarkWorld : Pacarmu yang menduakanmu itu? Kamu
masih pacaran dengannya?
DesperateGirl47
: Aku mencintainya.
DarkWorld : Cinta itu aneh.
DesperateGirl47
: Memang. Kamu sendiri, menyimpan rahasia tentang ayahmu karena kamu terlalu
mencintai ibumu kan? Cinta MEMANG aneh.
Ya.
Eli memberitahunya tentang perselingkuhan ayahnya. Karena Eli pikir
menceritakanny pada seorang teman maya tidak akan berbahaya. Lagipula, Eli
mempercayainya.
DarkWorld : Tidak lagi. Aku tidak akan menyimpannya
lagi. Aku sudah memutuskan. Aku akan bicara pada ibuku.
DesperateGirl47
: Benarkah? Kamu yakin?
DarkWorld : 100%yakin. Walau bagaimanapun,
kebohongan itu salah. Aku akan menyerahkan semua keputusan pada ibuku. Tapi aku
harap ibuku tidak akan menjadi seperti dirimu, yang menerima saja saat mengetahui
dirinya diduakan.
DesperateGirl47
: H a h a ! seperti yang kamu bilang, cinta itu aneh.
Sekitar
jam satu mereka mengobrol. Smapi akhirnya DesperateGirl47 memutuskan hubungan
karena kekasihnya sudah datang, begitu katanya. Dan bagi Eli, ini adalah saatnya
untuk membuka pintu kebenaran. Apapun yang akan dilakukan ibunya nanti, yang
terpenting adalah ia harus mengetahui yang sebenarnya.
Eli
berjalan menuruni tangga. Ia melihat Kamila sedang duduk menononton tv di ruang
tengah.
“Sudah
pulang, Kak?”tanyanya.
“Hmm.
Sudah dari tadi,”jawab Kamila dengan mata terus terpaku pada layar bergerak
itu.
“Ayah?”
“Belum
pulang.”
“Ibu
dimana?”tanya Eli lagi.
“Teras
belakang.”
Tanpa
ragu Eli melangkah menuju tempat ibunya berada. Cepat atau lambat, ini harus dilakukan. Ibu harus tahu.
Di
teras belakang, Di sofa putih yang empuk, Ibu sedang bersantai sambil
membuka-buka tabloid gosip kesukaannya. Eli menempatkan diri tepat disebelah
beliau. Jantungnya terasa semakin berdebar-debar.
“Ibu,”panggilnya.
“Ya?”
sahut Ibu Eli dengan santai. Wajahnya yang dihiasi senyum tipis terihat cerah.
“Ada
apa, Eli? Kenapa kamu kelihatan tegang begitu?”
“sebenarnya,
ngng...,”
“Ada
apa, Eli? Jangan bikin Ibu takut. Bilang saja!”
“sebenarnya
aku menyimpan raha....”
KRIIIIIIIIING!!!
KRIIIIIIIIING...!!
Kalimat
Eli terpotong oleh bunyi dering telepon. Ibu beranjak dari sofa untuk
mengangkatnya, Eli hanya bisa duduk terpaku menatap ibunya yang sedang
menanyakan identitas si penelpon. Ia masih memiliki tekad kuat untuk mengatakan
yang sebenarnya. Setelah ibu menutup
telepon , aku akan mengatakannya. Setelah
ibu menutup telepon... kalimat itu terus diulangnya dalam hati. Namun tak
lama, Eli melihat perubahan pada ekspresi wajah ibunya. Dan beberapa saat
kemudian, ibu menjatuhkan gagang telepon yang digenggamnya dan hampir saja
jatuh.
“Ibu?
Kenapa? Ada apa?” Eli bergegas mendekati ibunya. Namun, Ibu tak menjawab.
Tatapannya terlihat kosong.
“Ada
apa?” tanya Kamila yang segera muncul setelah mendengar seruan Eli.
“Ibu?”
panggil Eli sekali lagi. “Dari siapa telepon tadi, bu?”
“Ayah...,
Ayah....”
“Kenapa
dengan Ayah, Bu?” tanya Kamila. Kamila segera mengambil gagang telepon itu.
“Halo?” katanya. “Siapa ini?”
Untuk
sesaat Kamila mendengarkan suara di seberang sana.
“Iya.
Benar, Herman Rayelli,” Kamila menjawab.”Aku anaknya.” Kamila kembali
mendengarkan. Cukup lama ia terdiam. Dan disaat itulah ia mengetahui kenyataan
pahit. Dengan lemas Kamila meletakkan gagang telepon. Ia menatap ibunya. Lalu
Eli.
“Ayah...,
kecelakaan. Ayah...,, tabrakan. Ayah.., sudah tiada.”
Kalimat
itu membuat tubuh Eli membeku. Ia tak tahu harus berpikir apa. Ha ini tak
pernah dibayangkannya. Ia hanya bisa duduk terdiam sambil memeluk ibunya.
Kamila pun menjatuhkan dirinya ke antai. Ada sebagian dari dirinya yang belum
ingin mempercayai kenyataan ini.
Begitu
banyak hal yang meintas di pikiran Eli sekarang. Ia tak tahu apa yang harus
dilakukan. Namun satu hal yang pasti. Dengan kejadian ini, Eli sadar, ia akan
menyimpan rahasia ini selamanya. Agar kisah cinta ayah dan ibunya tetap suci.
Agar ibu tetap mengenang ayah sebagai suami yang baik. Eli sudah bertekad.
Rahasia ini tidak akan keluar dari mulutnya. Sampai mati.
***
U
|
Tiga bulan kemudian...
ntuk pertama kali sejak
kematian ayahnya, Eli menyalakan komputer. Ia masih belum bisa bangkit dari
kesedihannya. Begitu pun Ibu yang tak pernah terlihat ceria lagi. Selama beberapa
detik, Eli menatap layar. Tak lama kemudian, muncul tulisan “DesperateGirl47 is
online”.
DesperateGirl47 : Hai!
Kamu online rupanya. Kupikir kamu sudah melupakan aku.
Sahabat
mayanya itu langsung menyapa begitu koneksi tersambung.
DarkWorld : Maaf. Aku baru saja mengalami kejadian
yang tidak enak. Karena itu, aku belum pernah online lagi. Sampai sekarang.
DesperateGirl47
: separah itukah ? aku sendiri juga sedang sedih. Kamu ingat pacarku? Yang
menduakan aku? Aku kehilangan dia.
DarkWorld :
Ia memutuskanmu?
DesperateGirl47
: Bukan. Bukan seperti itu.
DarkWorld :
Jadi?
DesperateGirl47
: Dia meninggal dunia.
DarkWorld :
Astaga!kapan?!
DesperateGirl47
: Hmmm... di hari yang sama saat kita terakhir chatting. Ia mengalami
kecelakaan mobil setelah pulang dari rumahku.
0 komentar:
Posting Komentar